Penjelasan Sedekah dan Manfaat Sedekah
Siapa yang ingin usaha maju mendapat keuntungan yang berlipat-lipat? Ayo Bersedekah!
Siapa yang ingin penyakit segera sembuh? Ayo Bersedekah!
Siapa yang ingin cepet dapet jodoh? Ayo Bersedekah!
Siapa yang ingin urusannya dimudahkan? Ayo Bersedekah!
Siapa yang ingin ujiannya lulus? Ayo Bersedekah!
Inilah rumus matematika sedekahSiapa yang menginkan 10, sedekahkan saja 1
Siapa menyedekahkan 1, ia akan dapat 10
Jika anda punya uang 1 juta dan ingin mendapatkan uang dua juta, cukup anda sedekahkan 200 ribu, namun jika anda menginginkan yang 10 juta, infaqkan saja semuanya yang satu juta.
Jika perusahaan menginginkan keuntungan hingga seratus maka anda
mesti menyedekahkan sebesar sepuluh juta, atau jika perusahaan anda
keuntungannya bersih 1 milyar menginginkan penambahan keuntungan hingga 2
milyar, perusahaan anda mesti keluarkan sedekah 200 juta.
Jika anda sakit, dan sang dokter memberikan rincian biaya yang
mesti dikeluarkan selama 1 bulan perawatan adalah 100 juta, maka untuk
mempercepat kesembuhan sedekahkan saja 10 juta
Segera buktikan ayat-ayat Allah bahwa itu akan tergantikan 10 kali lipat bahkan bisa
lebih dari 700 kali lipat, anda mesti yakin. Berbagilah kepada sesama,
kepada orang-orang yang disekitar anda yang lebih membutuhkan dan
tunggulah keajaiban itu tidaklah lagi akan datang.
Jika itu terbukti, anda mesti menjadi orang yang ketagihan dalam
bersedekah. Lihatlah orang-orang yang disekeliling anda yang lebih
membutuhkan dari anda. Kunjungilah orang-orang yang tak mampu,
Alihkan belanja anda yang tadinya ke toko besar ke warung-warung
kecil di sekitar anda, belanja sayuran kepada tukang sayur keliling,
mudah-mudahan itu akan lebih membantu mereka
“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi
orang yang berinfaq”, sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah,
berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)” (HR Bukhari 5/270)
Dari Abu Hurairah r.a: “Ada seorang lelaki datang kepada Nabi s.a.w. lalu berkata: “Ya Rasulullah, sedekah manakah yang teragung pahalanya?” Rasulullah s.a.w. bersabda: “jikalau engkau bersedekah, sedangkan engkau itu masih sehat,
dan sebenarnya engkau merasa sayang mengeluarkan sedekah itu, karena
takut menjadi fakir dan engkau amat mengharap-harapkan untuk menjadi
kaya. Tetapi janganlah engkau menunda-nunda, sehingga apabila nyawamu
telah sampai di kerongkong lalu berkata: “Untuk si Fulan itu, yang ini dan untuk si Fulan ini, yang itu, sedangkan orang yang engkau maksudkan itu
telah memiliki apa yang hendak kau berikan.” (Muttafaq ‘alaih)
telah memiliki apa yang hendak kau berikan.” (Muttafaq ‘alaih)
SEDEKAH tidak perlu menunggu harta cukup nishab atau menunggu banyak harta.
Dianjurkan untuk senantiasa bersedekah dalam kondisi apapun. Sebagaimana Firman Allah Swt yang artinya: “(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan/menyedekahkan (hartanya), baik di waktu lapang (banyak rizki)
maupun sempit (tidak banyak rizki), dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebajikan.” (QS. Al-Imron (3): 134)
Sahabat
Ali bin Abi Thalib dalam sebuah riwayat ketika memiliki empat dirham.
Ia menyedekahkan satu dirham waktu malam, satu dirham saat siang hari,
satu dirham secara terang-terangan, dan satu dirham lagi secara
diam-diam.
Sedekah adalah penolak bala, penyubur pahala dan pelipat ganda
rizki; sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir
itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya
hingga tujuh ratus kali lipat. (QS. Al-Baqarah (2): 261)
”Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, Dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah (kesuksesan).” (QS. Al-Lail (92): 5-7)
Senantiasa terus memperbaiki diri dan memberikan kemanfaatan bagi
yang lain. Hendaknya kehadiran kita ada sesuatu manfaat yang bisa
dirasakan oleh orang-orang yang ada di sekeliling kita, Baik itu tenaga,
pikiran, materi dll. Tampakkan wajah ceria, murah senyum, tidak sekadar
simpati saja, tetapi bagaimana bisa berempati. Berbagi dengan sesama,
mengutamakan kepentingan saudaranya, saling berlomba dalam kebaikan dan taqwa
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang
baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan
melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan
Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan” (QS. Al Baqarah: 245)
Siapakah yang dapat memberi keuntungan 700 kali lipat?
Allah berfiman : “Perumpamaan (nafkah
yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir,
pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran)
bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi
Maha Mengetahui.” (QS. 2 : 261)
Harta tidak akan pernah bisa mempertahankan kehidupan di muka bumi.
Sehebat apapun usaha manusia untuk memperpanjang hidupnya, kematian
pasti akan tiba pada saat yang telah ditentukan. Sebelum menyesal, masih
ada kesempatan untuk membuat harta kita menjadi abadi. Caranya:
transferlah harta anda ke akhirat. Salurkan kekayaan anda melalui lembaga-lembaga sosial yang membantu fakir miskin dan anak yatim, lebih dari itu wakafkan harta anda untuk pelayanan sosial seperti masjid, sekolah pendidikan agama
dan rumah sakit. Dari sini harta anda akan bergerak mencarikan pahala
untuk anda. Dari sini kecapean yang selama ini anda lakukan tidak akan
menjadi sia-sia. Anda kelak ditunggu oleh harta anda di surga.
Mari turut berpartisipasi memproduksi berjuta kebaikan, Jangan puas hanya melaksanakan yang wajib. Shalat
Fardhu jangan dilalaikan, lengkapi dengan shalat sunnah, ada shalat
rawatib, shalat malam, shalat dhuha dan lainnya. Puasa Romadhan kita
laksanakannya, puasa sunnah kita kerjakan semampu kita, ada puasa 6 hari
di bulan syawal, puasa 3 hari setiap bulan, puasa senin dan kamis, dll.
Bersihkan harta dengan mengeluarkan zakat, tumbuh suburkan harta anda
agar lebih berkah dan semakin berkembang sehingga dapat memberikan
manfaat lebih banyak dengan menginfaqkannya di jalan Allah niscaya Allah
akan ganti dengan yang lebih baik, jika di dunia belum ada ganti di akhirat kita menyesal, mengapa tidak menginfaqkannya lebih banyak lagi.
Do’a kita untuk yang rajin berinfaq
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu sesungguhnya Nabi Muhammad
shollallahu ‘alahi wa sallam bersabda: “Tidak ada satu subuh-pun yang
dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.
Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi
orang yang berinfaq”, sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah,
berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)” (HR Bukhary 5/270)
Jangan lupa sertakan harapan anda… mintalah hajat anda…
Terbukti Shadaqah penuh keajaiban…
harta menjadi berkah, berlimpah dan penuh manfaat…
–> Mau sembuh dari sakit, ayo shadaqoh
—> Mau dapat anak, pancing dengan shadaqah
—-> Anda mau apa, lakukan shadaqah, lalu mintalah hajat anda pada Allah…
Lakukan dari keluarga terdekat, tetangga dan orang-orang yang ada disekitar anda, semoga menjadi orang yang bermanfaat…
Bahagia dunia akhirat, Ayo Shadaqah…..
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di Hari Pembalasan Hanya
Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang
yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Ya Allah kabulkanlah do’a kaum muslimin di penjuru bumi..
Ya Allah kabulkanlah do’a-do’a kami…
Ya Allah kami telah berusaha mengorbankan harta kami tuk perjuangan menegakkan kalimat-Mu…
kami korban harta kami tuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan ke lebih banyak orang di seluruh penjuru bumi…
Ya Allah sembuhkanlah diantara kami yang sedang sakit, sembuhkanlah
keluarga kami, sembuhkanlah tetangga kami, sembuhkanlah teman-teman…
Ya Allah di antara kami ada yang belum memiliki keturunan, berikanlah segera amanah itu,
Ya Allah berilah kami keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengarkan do`a.
Ya Allah jadikanlah anak-anak kami, anak-anak yang shaleh dan shalehah…
“Wahai Allah limpahkanlah rahmat atas junjungan kita Nabi
Muhammad Saw; sebanyak aneka rupa rizqi. Wahai Dzat Yang Maha Meluaskan
rizqi kepada orang yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. Luaskan dan
banyakanlah rizqiku dari segenap setiap penjuru dan perbendaharaan
rizqi-Mu tanpa pemberian dari makhluk, berkat kemurahan-Mu jua. Dan
limpahkanlah pula rahmat dan salam atas dan para sahabat beliau. ”
“Wahai Allah, wahai Dzat Yang Maha Kaya, wahai Dzat Yang Maha
Terpuji, wahai Dzat Yang memulai, wahai Dzat Yang Mengembalikan, wahai
Dzat Yang Maha Penyayang, wahai Dzat Yang Maha Mencintai. Cukupilah kami
dengan kehalalan-Mu dari keharaman-Mu. Cukupilah kami dengan
anugerah-Mu dari selain Engkau. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan
salam atas junjungan kita Nabi Muhammad Saw. keluarga dan sahabat
beliau.”
“Dengan nama Allah, semoga Engkau menjaga diri kami, harta kami
dan agama kami. Wahai Allah, ridhailah kami dari ketetapan-Mu dan
berilah berkah kepada kami pada segala apa yang telah Engkau putuskan
sehingga kami Tidak suka apa yang Engkau mempercepatkan apa yang Engkau
akhirkan dan tidak pula menyukai mengakhirkan apa yang, Engkau cepatkan.
“
“Ya Tuhan, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta selamatkanlah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah: 201).
“Ya Tuhan, janganlah Engka siksa kami karena lupa atau bersalah. Ya Tuhan, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat
sebagaimana telah Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya
Tuhan, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami
memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kamj, dan rahmatilah kami.
Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami dalam mengalahkan
orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 286).
“Ya Tuhan sungguh kami telah mendengar seruan yang menyeru
kepada iman: “Barimanlah kamu kepada Tuhanmu, maka kami pun beriman. Ya
Tuhan, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan
kami, serta matikanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbuat
kebajikan. Ya Tuhan, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada
kami dengan perantaraan rasul-rasul-Mu, dan janganlah Engkau hinakan
kami pada hari kiamat nanti. Sungguh Engkau sama sekali tidak akan
pernah menyalahi janji.” (QS. Âli Imrân: 193-294).
Sedekah yang Utama
Shadaqah adalah baik seluruhnya, namun antara satu dengan yang lain
berbeda keutamaan dan nilainya, tergantung kondisi orang yang
bersedekah dan kepentingan proyek atau sasaran shadaqah tersebut. Di
antara shadaqah yang utama menurut Islam adalah sebagai berikut:
1. Shadaqah Sirriyah
Yaitu shadaqah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Shadaqah
ini sangat utama karena lebih medekati ikhlas dan selamat dari sifat
pamer. Allah subhanahu wata’ala telah berfirman, “Jika kamu
menampakkan sedekahmu, maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu
menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka
menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari
kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. 2:271)
Yang perlu kita perhatikan di dalam ayat di atas adalah, bahwa yang
utama untuk disembunyikan terbatas pada shadaqah kepada fakir miskin
secara khusus. Hal ini dikarenakan ada banyak jenis shadaqah yang mau
tidak mau harus tampak, seperti membangun sekolah, jembatan, membuat
sumur, membekali pasukan jihad dan lain sebagainya.
Di antara hikmah menyembunyikan shadaqah kepada fakir miskin adalah
untuk menutup aib saudara yang miskin tersebut. Sehingga tidak tampak
di kalangan manusia serta tidak diketahui kekurangan dirinya. Tidak
diketahui bahwa tangannya berada di bawah, bahwa dia orang papa yang tak
punya sesuatu apa pun.Ini merupakan nilai tambah tersendiri dalam ihsan
terhadap orang fakir.
Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alihi wasallam memuji
shadaqah sirriyah ini, memuji pelakunya dan memberitahukan bahwa dia
termasuk dalam tujuh golongan yang dinaungi Allah nanti pada hari
Kiamat. (Thariqul Hijratain)
2. Shadaqah Dalam Kondisi Sehat
Bersedekah dalam kondisi sehat dan kuat lebih utama daripada
berwasiat ketika sudah menjelang ajal, atau ketika sudah sakit parah dan
tipis harapan kesembuhannya. Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda, “Shadaqah yang paling utama adalah engkau bershadaqah ketika dalam keadaan sehat dan bugar,
ketika engkau menginginkan kekayaan melimpah dan takut fakir. Maka
jangan kau tunda sehingga ketika ruh sampai tenggorokan baru kau
katakan, “Untuk fulan sekian, untuk fulan sekian.” (HR.al-Bukhari dan Muslim)
3. Shadaqah Setelah Kebutuhan Wajib Terpenuhi
Allah subhanahu wata’ala telah berfirman, “Dan mereka
bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, “Yang lebih
dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu
supaya kamu berfikir.” (QS. 2:219)
Nabi shallallahu ‘alihi wasallam bersabda, “Tidak ada
shadaqah kecuali setelah kebutuhan (wajib) terpenuhi.” Dan dalam riwayat
yang lain, “Sebaik-baik shadaqah adalah jika kebutuhan yang wajib
terpenuhi.” (Kedua riwayat ada dalam al-Bukhari)
4. Shadaqah dengan Kemampuan Maksimal
Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alihi wasallam, “Shadaqah yang paling utama adalah (infak) maksimal orang yang tak punya. Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu.” (HR. Abu Dawud)
Beliau juga bersabda, “Satu dirham telah mengalahkan seratus ribu dirham.” Para sahabat bertanya,” Bagaimana itu (wahai Rasululullah)? Beliau menjawab, “Ada
seseorang yang hanya mempunyai dua dirham lalu dia bersedakah dengan
salah satu dari dua dirham itu. Dan ada seseorang yang mendatangi
hartanya yang sangat melimpah ruah, lalu mengambil seratus ribu dirham
dan bersedekah dengannya.” (HR. an-Nasai, Shahihul Jami’)
Al-Imam al-Baghawi rahimahullah berkata, “Hendaknya seseorang memilih untuk bersedekah dengan kelebihan
hartanya, dan menyisakan untuk dirinya kecukupan karena khawatir
terhadap fitnah fakir. Sebab boleh jadi dia akan menyesal atas apa yang
dia lakukan (dengan infak seluruh atau melebihi separuh harta) sehingga
merusak pahala. Shadaqah dan kecukupan hendaknya selalu eksis dalam diri
manusia. Rasululllah shallallahu ‘alihi wasallam tidak mengingkari Abu Bakar radhiyallahu ‘anhuyang
keluar dengan seluruh hartanya, karena Nabi tahu persis kuatnya
keyakinan Abu Bakar dan kebenaran tawakkalnya, sehingga beliau tidak
khawatir fitnah itu menimpanya sebagaimana Nabi khawatir terhadap selain
Abu Bakar. Bersedekah dalam kondisi keluarga sangat butuh dan
kekurangan, atau dalam keadaan menanggung banyak hutang bukanlah sesuatu
yang dikehendaki dari sedekah itu. Karena membayar hutang dan memberi
nafkah keluarga atau diri sendiri yang memang butuh adalah lebih utama.
Kecuali jika memang dirinya sanggup untuk bersabar dan membiarkan
dirinya mengalah meski sebenarnya membutuhkan sebagaimana yang dilakukan
Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dan juga itsar (mendahulukan orang lain) yang dilakukan kaum Anshar terhadap kaum Muhajirin.” (Syarhus Sunnah)
5. Menafkahi Anak Istri
Berkenaan dengan ini Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda, “Seseorang apabila menafkahi keluarganya dengan mengharapkan pahalanya maka dia mendapatkan pahala sedekah.” ( HR. al-Bukhari dan Muslim)
Beliau juga bersabda, “Ada empat dinar; Satu dinar engkau
berikan kepada orang miskin, satu dinar engkau berikan untuk
memerdekakan budak, satu dinar engkau infakkan fi sabilillah, satu dinar
engkau belanjakan untuk keluargamu. Dinar yang paling utama adalah yang
engkau nafkahkan untuk keluargamu.” (HR. Muslim).
6. Bersedekah Kepada Kerabat
Diriwayatkan bahwa Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu memiliki kebun kurma yang sangat indah dan sangat dia cintai, namanya Bairuha’. Ketika turun ayat, “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai.” (QS. 3:92)
Maka Abu Thalhah mendatangi Rasulullah dan mengatakan bahwa
Bairuha’ diserahkan kepada beliau, untuk dimanfaatkan sesuai kehendak
beliau. Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam menyarankan agar
ia dibagikan kepada kerabatnya. Maka Abu Thalhah melakukan apa yang
disarankan Nabi tersebut dan membaginya untuk kerabat dan
keponakannya.(HR. al-Bukhari dan Muslim)
Nabi shallallahu ‘alihi wasallam juga bersabda, “Bersedakah
kepada orang miskin adalah sedekah (saja), sedangkan jika kepada
kerabat maka ada dua (kebaikan), sedekah dan silaturrahim.” (HR. Ahmad, an-Nasa’i, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Secara lebih khusus, setelah menafkahi keluarga yang menjadi tanggungan, adalah memberikan nafkah kepada dua kelompok, yaitu:
Anak yatim yang masih ada hubungan kerabat, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala, ”(Yaitu)
melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari
kelaparan, (kepada) anak yatim yang masih ada hubungan kerabat, atau
orang miskin yang sangat fakir.” (QS. 90:13-16)
Kerabat yang memendam permusuhan, sebagaimana sabda Nabi, “Shadaqah yang paling utama adalah kepada kerabat yang memendam permusuhan.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan at-Tirmidzai, Shahihul jami’)
7. Bersedekah Kepada Tetangga
Allah subhanahu wata’ala berfirman di dalam surat an-Nisa’
ayat 36, di antaranya berisikan perintah agar berbuat baik kepada
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh. Dan Nabi juga telah bersabda
memberikan wasiat kepada Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu,
“Jika engkau memasak sop maka perbanyaklah kuahnya, lalu bagilah sebagiannya kepada tetanggamu.” (HR. Muslim)
“Jika engkau memasak sop maka perbanyaklah kuahnya, lalu bagilah sebagiannya kepada tetanggamu.” (HR. Muslim)
8. Bersedekah Kepada Teman di Jalan Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda, “Dinar
yang paling utama adalah dinar yang dinafkahkan seseorang untuk
keluarganya, dinar yang dinafkahkan seseorang untuk kendaraannya (yang
digunakan) di jalan Allah dan dinar yang diinfakkan seseorang kepada
temannya fi sabilillah Azza wa Jalla.” (HR. Muslim)
9. Berinfak Untuk Perjuangan (Jihad) di Jalam Allah
Amat banyak firman Allah subhanahu wata’ala yang menjelaskan masalah ini, di antaranya, “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwa pada jalan Allah.” (QS. 9:41)
Dan juga firman Allah subhanahu wata’ala, “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang
yang benar.” (QS. 49:15)
Di dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alihi wasallam bersabda, “Barang siapa mempersiapkan (membekali dan mempersenjatai) seorang yang berperang maka dia telah ikut berperang.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Namun perlu diketahui bahwa bersedekah untuk kepentingan jihad yang
utama adalah dalam waktu yang memang dibutuhkan dan mendesak,
sebagaimana yang terjadi pada sebagian negri kaum Muslimin. Ada pun
dalam kondisi mencukupi dan kaum Muslimin dalam kemenangan maka itu juga
baik akan tetapi tidak seutama dibanding kondisi yang pertama.
10. Shadaqah Jariyah
Yaitu shadaqah yang pahalanya terus mengalir meskipun orang yang bersedekah telah meninggal dunia. Nabi shallallahu ‘alihi wasallam bersabda, “Jika
manusia meninggal dunia maka putuslah amalnya kecuali tiga hal;
Shadaqah jariyah, ilmu yang diambil manfaat dan anak shalih yang
mendoakannya.” (HR. Muslim).
Di antara yang termasuk proyek shadaqah jariyah adalah pembangunan
masjid, madrasah, pengadaan sarana air bersih dan proyek-proyek lain
yang dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh masyarakat.
Wallahu’alam…
0 komentar:
Posting Komentar